70 Kota Sahkan Resolusi Gencatan Senjata Di Gaza

Jika Cuek, Biden Terancam Keok

Isra Chaker, aktivis Amnesty International Amerika Serikat meletakkan setangkai mawar di atas benda yang dililit kain kafan sebagai simbol anak-anak yang meninggal dalam serangan Israel di Jalur Gaza, di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, 15 November 2023.
Isra Chaker, aktivis Amnesty International Amerika Serikat meletakkan setangkai mawar di atas benda yang dililit kain kafan sebagai simbol anak-anak yang meninggal dalam serangan Israel di Jalur Gaza, di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, 15 November 2023.

RM.id  Rakyat Merdeka – Sekitar 70 kota di Amerika Serikat (AS), termasuk kantong suara Partai Demokrat mengeluarkan resolusi gencatan senjata, untuk perang Israel Vs Hamas di Jalur Gaza. Kondisi ini menjadi ancaman bagi Presiden Joe Biden dalam pemilu November mendatang.

Menurut hasil analisis Reuters terhadap data kota, sekitar 70 kota di AS mengeluarkan resolusi mengenai perang ini. Sebagian besar, yakni 48 kota di antara-nya menyerukan gencatan sen­jata, segera. Kota-kota tersebut antara lain Chichago, Seattle, San Francisco hingga kota-kota kecil seperti Carrboro, North Carolina dan kota kelahiran Biden, Wilmington, Delaware.

Setidaknya, sembilan dari seruan gencatan senjata itu terjadi di Michigan, di mana warga Arab Amerika menyumbang 5 persen suara dan margin ke­menangan Biden atas lawannya dari Partai Republik, Donald Trump, pada 2020 kurang dari 3 persen. Jajak pendapat pada Oktober 2023 menunjukkan, dukungan terhadap Biden dari warga Amerika keturunan Arab telah merosot menjadi 17 persen dari 59 persen pada 2020.

Setidaknya 48 kota mengeluarkan resolusi simbolik yang menyerukan penghentian serangan Israel ke Gaza segera. Enam kota lainnya mengeluarkan resolusi yang menyerukan perdamaian secara lebih luas. Sementara setidaknya 20 kota mengeluarkan resolusi yang mengecam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Sebagian besar resolusi gencatan senjata disetujui di negara bagian yang dikuasai Partai Demokrat, termasuk California. Sementara 14 resolusi disetujui di negara bagian yang pemilihnya masih bisa berubah, seperti Michigan.

Jika Biden berhasil memenuhi keinginan warga di 14 negara bagian tersebut, bukan tak mungkin Demokrat bisa mengalahkan Partai Republik, yang kemungkinan besar mengusung Donald Trump lagi.

Namun pemerintahan Biden menolak seruan gencatan senjata, dengan alasan, penghentian serangan Israel akan membuat Hamas semakin berani. Gedung Putih juga menyatakan telah berusaha menekan Israel untuk menghindari jatuhnya korban sipil di Gaza.

Meski resolusi tak berdampak pada kebijakan nasional, tapi perang Israel-Hamas menyita per­hatian warga Negeri Paman Sam itu. “Ini (perang) adalah sesuatu yang akan ada di benak para pemilih,” kata Douglas Wilson, tim strategi Partai Demokrat di Negara Bagian North Carolina.

“Ini akan menjadi masalah di sini dan di semua negara bagian yang mengambang (swing states) karena terdapat populasiMuslim, Yahudi, kulit hitam dan coklat di negara-negara bagian tersebut,” kata Wilson.

Gabriela Santiago-Romero, Anggota Dewan Detroit yang mengesahkan resolusi gencatan senjata di Michigan pada No­vember lalu mengatakan, hasil ini mencerminkan rasa frustrasi, terutama di kalangan muda dan kulit berwarna, terhadap Biden serta para pemimpin Partai Demokrat lainnya.

“Kami menginginkan kepemimpinan yang mau mendengarkan kami,” kata Santiago-Romero.

Partai Demokrat, lanjut dia, harus mendengarkan suara generasi muda, mendukung keberagaman, mendukung warga yang memiliki nilai-nilai yang selaras, serta benar-benar men­dengarkan konstituen.

Chicago, Illinois, menjadi kota terbesar yang menyerukan gencatan senjata dalam pemung­utan suara yang ketat. Wali Kota Chicago, Brandon Johnson, menjadi penentu kemenangan setelah perolehan suara sempat imbang 23 melawan 23 untuk meloloskan resolusi tersebut.

Para analis memperingatkan, meskipun banyak hal dapat berubah sebelum pemilu 5 Novem­ber nanti, frustrasi lokal terhadap Biden dapat menekan jumlah pemilih yang mendukungnya. Pengamat pemerintahan dari Georgetown University, Nadia Brown mengingatkan, agar ak­tivis Demokrat mendengarkan keinginan pemilih.

“Dan jika mereka tidak me­lihat hal itu sekarang, apakah mereka akan melihatnya pada bulan November? Saya rasa tidak,” warning Brown.

Sikap Hamas

Hamas siap mematuhi putusan Mahkamah Internasional (Inter­ national Court of Justice/ICJ), jika menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza. Mahkamah akan membacakan putusan awalnyadi pengadilan Den Haag, Be­landa, Jumat (26/1/2024).

Afrika Selatan pada awal bu­lan ini melaporkan Israel ke ICJ atas tuduhan melakukan genosidadi Gaza. Dalam gugatannya, Afrika Selatan juga mendesak ICJ mengeluarkan putusan awal yang menghentikan operasi mi­liter Israel di Gaza.

Pejabat senior Hamas di Leba­non, Osama Hamdan mengata­kan, kelompok perlawanannya siap mematuhi putusan ICJ, jika Israel melakukan hal yang sama. Bukan hanya itu, lanjunya, Hamas juga akan membebaskan semua sandera Israel di Gaza, jika Israel juga membebaskan semua tahanan Palestina.

Afrika Selatan, didukung negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) serta beberapa negara Eropa dan menuduh Israel melakukan genosida di Gaza yang direstui negara.

Namun putusan awal yang dikeluarkan ICJ tidak akan men­jawab, apakah Israel melakukan genosida atau tidak. Mahkamah hanya memberikan pertimbangan tindakan darurat segera yang mungkin dilakukan.

Mahkamah Internasional menangani kasus secara keseluruhan, termasuk tuduhan genosida terh­adap Israel, dan hasilnya bisa diputuskan bertahun-tahun. DAYhttps://tahapapun.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*